Efek Menulis

Arif Ismanto, S.Kel

Pengagum mind psychology, sebuah studi tentang psikologi pikiran manusia. Pegiat lembaga keuangan dan pendidik.

Mungkin orang akan mengabaikan fungsi menulis ini. “Buat apa menulis, menghabiskan waktu dan kayak ga ada kerjaan aja!” Begitu komentar orang umumnya jika ditanya tentang menulis.

Ada juga yang lain menjawab, “Menulis itu baik, tapi saya ga ada waktu!” Atau, “Saya suka menulis dan ada keinginan untuk menulis. Tapi ketika mau menulis, otak saya blank (kosong). Apa yang harus ditulis?”

Menulis adalah sebuah seni, tuntutan hidup dan jiwa. Menulis akan membuat kenyamanan. Semua imajinasi dan pikiran akan tersalurkan. Ide-ide kreatif pun lahir dengan menulis.

Tidak percaya? Coba pikirkan, aktivitas apakah yang tidak melibatkan tulis menulis?

Mungkin jawabannya: mengepel lantai, menyapu rumah, atau menyetrika pakaian. Tapi bukan itu esensinya. Maksudnya, dengan adanya tulisan, segalanya akan menjadi lebih jelas. Memang saat melakukan aktivitas tersebut (mengepel lantai dan lain-lain), tidak ada kegiatan menulis. Tapi tak dirasa pada awalnya aktivitas itu ada karena tulis menulis.

Seperti bagaimana merancang sapu yang bagus, maka dibuatlah desain oleh perancangnya. Gambaran yang ada dipikiran si perancang, ia tuangkan dalam sebuah coretan-coretan, hingga kemudian terbuatlah sebuah sapu. Jadi, aktivitas menyapu pun pada awalnya dimulai dengan tulisan.

Begitu pula dengan bangunan. Mungkin pada aktivitas bangunannya memang tidak perlu tulisan. Tapi sebelum dibangun, harus dibuat dulu rancangan desain bangunannya. Itupun dengan ditulis. Dibuat perkiraan dan kalkulasi yang matang. Sehingga terciptalah sebuah gedung persis seperti yang dipikiran si perancang. Jadi, aktivitas bangunan pun ada aspek tulis menulisnya.

Menulis menjadi penghubung antara dunia khayalan kita dengan dunia nyata. Bagaimana imajinasi pikiran tentang sebuah gedung kemudian tercipta menjadi nyata, karena ada tulisan. Dimulai dengan menggambarkan bayangan yang ada dalam pikiran sedikit demi sedikit, lalu mendiskusikannya dengan orang lain, kemudian bersama-sama dipecahkan masalah yang ada.

Dengan apa semua itu dilakukan? Tentunya dengan tulisan. Orang lain akan ikut tahu program rencana tersebut dengan tulisan yang jelas.

Dalam Islam, ayat yang pertama kali turun adalah memuat ajaran tentang tulis menulis ini (Qs. al-‘Alaq [96]: 1-2) menyebutkan, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.”

Jelas, Islam telah mengajarkan untuk membaca. Tapi, bagaimana kita bisa membaca? Pasti dengan adanya tulis menulis. Begitulah tulis menulis menjadi indikator ilmu pengetahuan. Menurut Zulkifli (Katakan dengan Tinta, 2005), peradaban pasti dimulai dengan tulisan.

Sebuah negara diketahui budaya, tingkah laku dan segalanya, adalah berkat adanya tulisan pada prasati. Banyak pengetahuan dapat diambil dari tulisan-tulisan yang telah dibuat orang. Bangsa yang berbudaya tinggi adalah bangsa yang memiliki tingkat penulisan yang tinggi.

Tidak itu saja, dengan menulis, jalan untuk menyelesaikan masalah yang ada tengah diretas. Abdul Munir Mulkhan (dalam Zulkifli-2005) mengatakan, banyak persoalan atau kesimpulan tiba-tiba muncul dengan rangkaian tulisan, yang sebelumnya tidak disangka-sangka akan lahir.

Semisal kita sedang menulis, tiba-tiba muncul sesuatu yang dulu terlupa, kemudian kita bisa menuliskannya lagi. Dengan demikian, segala persoalan menjadi tertata dan rapi. Jika persoalan tertata dan rapi, maka ide untuk menyelesaikan masalah pun akan datang dengan sendirinya.

Sungguh luar biasa! Ide didapat! Pemecahan didapat pula!

Setelah mengetahui efek menulis ini, muncul pertanyaan: Sudahkah Anda melakukannya? Jangan sampai efek penting ini hanya dinikmati segelintir orang. Pastikan Anda ikut merasakan manfaat yang telah dipetik orang-orang yang berhasil berkat tulisan.

Leave a comment