Malam Airmata

apa yang merasukimu, ummi?

selain petang yang menaburkan pucuk-pucuk rinduku

mengemas tangis dalam gelora hidupmu

atau firman terkubur sebelum menggapai airmata

yang terpancung di setiap doa-doa kekalmu

ucapkanlah deru cinta yang bergemuruh, ummi

sebagai tabir pembatas dari kesunyian paling karat

sebab suaraku masih meleburkan warna-warna bianglala

yang merunduk khusuk pada kelam sujudmu

tak mungkin aku bergegas menghampiri kabar mimpi-mimpi

lantara langit yang memetakan kusam usiamu

telah rapuh dihempas dengus waktu

tapi aku adalah gemintang yang merangkak di buram rindu

menamapaki pematang puisi di ladang-ladang yang menumbuhkan senyummu

maka kudekap sukmamu, ummi

mengharapkan matahari memekarkan kelopak mimpi

Ahmad Subki, siswa kelas X SMA Negeri 72 Jakarta.

Leave a comment