Langkah Cepat Menguasai Buku

Novie Chamelia

Kalau dilakukan dengan baik dan benar, membaca bisa menjadi aktivitas yang sangat mengasyikkan, di samping positif. Dengan cara membaca yang benar, waktu pun terhematkan.

“Iqra!” (Bacalah), begitu Allah SWT menitahkan agar umat Islam dapat membiasakan diri untuk membaca, mengkaji dan meluaskan wawasan dengan ilmu. Namun, sebagian orang menganggap, membaca sebagai pekerjaan yang sangat membosankan, apalagi jika dilakukan dengan terpaksa.

Kadangkala sering ditemui, banyak mahasiswa yang merasa stres dan memiliki beban mental ketika harus mengerjakan tugas membuat makalah. Sebab, sebagai syarat menghasilkan tulisan yang berkualitas, harus membaca beberapa buku atau tulisan yang sesuai dengan tugas yang diberikan.

Tetapi, membaca bisa menjadi mengasyikan ketika motifnya sebagai pelarian. Misalnya karena kita tak bisa tidur, membaca bisa menjadi solusi. Atau mungkin juga ketika kita “mati gaya”, misalnya saat sendirian di angkutan umum dengan waktu yang lama, plus macetnya yang luar biasa.

Kecenderungan membaca buku pilihan juga beragam. Ada orang yang suka buku-buku serius atau berat, dan ada pula hanya suka bacaan atau buku yang ringan-ringan. Secara umum, ketika membaca telah menjadi kebutuhan, baik karena hobi, tuntutan, atau terpaksa, kendala besarnya terletak pada bagaimana kita bisa membaca dengan renyah, asyik dan cepat. Hingga apa yang menjadi tujuan dari membaca bisa tercapai.

Soedarso, penulis buku Speed Reading (Sistem Membaca Cepat dan Efektif), salah satu kunci awal sebelum sukses membaca cepat adalah keharusan kita untuk membaca sesuai tujuan awal diri kita. Umumnya, tujuan membaca adalah untuk memperoleh informasi atau sekadar bersantai.

Yang utama diupayakan, imbuh Soedarso, kita tak boleh diperbudak oleh apa yang tercetak dalam bacaan atau buku, dan hanya membaca semua kata yang ada. “Kita harus berani menjadi tuan, dan bacaan itulah yang menjadi budak kita. Bukan sebaliknya,” tegasnya.

Oleh karena itu, semua orang harus berani membuat prioritas membaca, dan jangan asal membaca. Karena hanya asal membaca, akan membuang waktu kita yang terbatas. Maka, kategorisasi dalam membaca akhirnya mutlak dilakukan. Artinya, kita harus menetapkan, apa yang dapat menambah informasi, meningkatkan studi, karir dan pekerjaan. “Kita juga harus menetapkan, apa yang tidak menarik dan tidak berguna bagi diri maupun tugas kita,” tegas Soedarso.

Ketika menghadapi buku, langkah awal sebelum membacanya adalah skimming, atau survei selama satu atau dua menit. Hal ini akan memudahkan kita memilah bagian penting dan tidak penting dalam sebuah buku. Menurut Soedarso, skimming merupakan jurus ampuh dalam membaca cepat.

Skimming antara lain meliputi: memperhatikan judul, sub judul, bagian-bagiannya, paragraf, gambar, hingga tabel sebagai satu kesatuan, memperhatikan judul dengan seksama, apa implikasi-implikasinya, dan melihat pembagian-pembagian selanjutnya untuk mendapatkan apresiasi struktur tulisan.

Untuk menguasai buku, imbuh Soedarso, setiap pembaca harus menguasai ide pokok dan tidak terjebak kepada contoh yang bertele-tele. Ide pokok itu bisa ditemukan dalam buku secara keseluruhan buku, bab, sub bab, bahkan paragraf.

Kemampuan menangkap ide pokok, merupakan tahapan pertama memajukan pemahaman. Untuk mendapatkan ide pokok dengan cepat, kita harus berpikir bersama penulis. Langkah yang dilakukan adalah membaca dengan mendesak, yaitu dengan tujuan mendapatkan ide pokok. “Jangan baca kata perkata, tapi serap ide. Bergerak lebih cepat, tapi jangan kehilangan pengertian,” tandas Soedarso.

Persoalan penting berikutnya, ketika membaca buku non-fiksi, imbuh Soedarso, adalah membuat catatan yang berkaitan dengan buku yang kita baca. Catatan ini diperlukan karena ada sesuatu yang menarik dalam bacaan dan sangat kita perlukan, atau harus selalu kita ingat-ingat.

Pokok yang patut dicatat, meliputi elemen-elemen kunci: ide sentral, soal-soal besar, tujuan dan asumsi pengarang tentang segi-segi tertentu, serta detail dan fakta yang spesifik.

Metode membaca cepat, merupakan semacam latihan untuk mengelola proses penerimaan informasi. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian akan tersimpan di dalam otaknya.

Berdasarkan informasi yang sudah disimpan itulah kemudian seseorang akan membaca buku berikutnya. Ketika membaca buku berikutnya, informasi yang sudah diterima ketika membaca buku sebelumnya, tentu tak akan dibaca ulang.

Dengan demikian, semakin banyak orang membaca buku, mestinya akan semakin cepat kemampuan bacanya. “Ibarat kendaraan bermotor, jika kita sudah masuk ke persneling (gigi) dua, maka kita bisa meningkatkan ke gigi tiga, empat dan seterusnya,” kata Anugerah Pekerti, pendiri Pusat Pembelajaran Mandiri Sapiens.

Sebaliknya, imbuh Pekerti, seseorang yang terpaku untuk terlalu lama membaca hingga terjebak membaca seluruh buku secara detail, akan terus berada dalam kecepatan tersebut. “Ibaratnya, ia hanya akan mampu pada gigi satu, yang tak bisa tiba-tiba dipindah ke gigi empat atau lima,” pungkasnya.

====

Boks 1

Hambatan dalam Membaca

Ada beberapa hal yang menghambat kecepatan baca seseorang. Bentuk hambatan ini ada yang disadari namun seringkali tidak disadari oleh pemiliknya.

1. Sulit berkonsentrasi. Ketika kita tidak konsentrasi, maka informasi yang diterima oleh mata kemudian diteruskan ke otak, tak mendapat perhatian cukup. Sehingga kita kehilangan pemahaman dari bahan bacaan dan harus mengulangnya berkali-kali. Pengulangan ini disebut regresi, dan merupakan salah satu kebiasaan yang perlu dihilangkan jika kita ingin memperbaiki kecepatan baca.

2. Rendahnya motivasi. Banyak orang membaca tapi tidak memiliki motivasi kuat atas bahan yang dibaca. Motivasi yang kurang ini, secara mental akan membuat kita cenderung membaca dengan lambat, dan otak tidak dirangsang untuk bekerja atau memahami apa yang kita baca.

3. Khawatir tidak memahami materi yang dibaca.

Rasa khawatir bisa muncul seperti saat kita menjelang ujian, dan dituntut membaca bacaan setumpuk. Karena dianggap terlalu berat, maka kita benar-benar kesulitan memahaminya. Rasa khawatir harus dihilangkan agar kita bisa membaca dengan tanpa beban, tanpa paksaan.

4. Kebiasaan buruk dalam membaca. Seperti vokalisasi (membaca sambil bersuara), sub vokalisasi (membaca dalam hati), gerakan bibir, gerakan kepala, dan regresi (mengulangi kembali kata-kata yang sudah lewat dibaca). (Muhammad Noer)

=======

Boks

Kebiasaan Buruk dalam Membaca

1. Vokalisasi, atau melafalkan apa yang kita baca. Dengan melafalkan sesuatu, maka kecepatan membaca akan sama dengan kecepatan berbicara. Berapa kecepatannya? Kira-kira hanya 200-250 kata permenit, disingkat WPM (Word Per Minute), atau 400-500 wpm jika kita sudah terlatih membaca, dan maksimal bagi mumpuni membaca cepat mencapai 750-1000 wpm.

2. Sub vokalisasi, atau membaca di dalam hati. Dengan cara ini, dampaknya kurang lebih sama dengan vokalisasi. Kecepatan baca akan sama dengan kecepatan berbicara.

3. Gerakan bibir. Ada orang yang suka membaca tanpa bersuara, tapi bibirnya bergerak-gerak seperti orang tengah berbicara atau melafalkan sesuatu. Buruknya sifat ini sama menghambat kecepatan membaca.

4. Gerakan kepala, atau menggerakkan kepala mengikuti kata demi kata yang ada dalam bahan bacaan. Kebiasaan ini menghambat kecepatan baca, karena pergerakan kepala sebenarnya kalah jauh dengan pergerakan mata.

5. Regresi (pengulangan ke belakang). Atau membaca suatu kalimat atau paragraf, kemudian karena tidak yakin atau paham dengan isinya, maka kita mengulang membaca kalimat atau paragraf yang sama. Bayangkan jika dalam satu halaman saja kita melakukannya 10-15 kali, berapa banyak waktu yang telah kita buang. (Muhammad Noer)

Leave a comment