Selingkuh Keluarga Runtuh

Perselingkuhan telah menjadi virus urutan keempat penyebab kehancuran rumah keluarga Indonesia. Apa penyebabnya?

Seorang ibu rumah tangga, sebutlah namanya Nani, mengalami depresi berat sampai harus masuk Rumah Sakit. Bahkan, sebelumnya ia nyaris nekat mengakhiri hidupnya sendiri. Apa gerangan yang terjadi? Ternyata, suaminya selingkuh dengan teman sekantor. Tak pernah terlintas dalam benak Nani, jika suaminya yang sangat perhatian itu tega bermain mata dengan perempuan lain di belakangnya. Nani benar-benar terguncang. Harmoni keluarga yang selama ini mereka bangun, hancur lebur karena orang ketiga.

Walau menyengsarakan, ironisnya tren perselingkuhan seakan kini menjadi hal biasa bagi masyarakat. Prof. Dr. Dadang Hawari, psikiater dan ulama, mengungkapkan perselingkuhan adalah bentuk ketidaksetiaan suami terhadap isteri, atau sebaliknya.

Hadirnya orang ketiga baik WIL (wanita idaman lain) maupun PIL (pria idaman lain) dalam suatu rumah tangga, merupakan indikasi adanya perselingkuhan. Meski hadirnya orang ketiga itu semula dirahasiakan, namun sejalan waktu, akhirnya akan terkuak juga. “Bila hal ini tidak terselesaikan, konsekuensinya adalah perceraian,” ujar Dadang kepada Majalah Qalam.

Dari pengalamannya menjalankan praktik konsultasi kasus-kasus perkawinan di Jakarta, Dadang mendata, sebagian besar penyebab krisis keluarga itu adalah perselingkuhan. Dan dominan dilakukan pihak suami. “90% perselingkuhan dilakukan oleh suami, para isteri hanya 10%,” ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) itu.

Fakta di lapangan, fenomena menjamurnya kasus-kasus perselingkuhan, terjadi seiring dengan proses modernisasi, yang berdampak pada perubahan tata nilai kehidupan. Menurut Dadang, dengan kian menipisnya etika moral dan agama masyarakat, pintu perselingkuhan semakin lebar terbuka.

Umumnya, para suami cenderung berselingkuh dengan wanita lain disebabkan adanya peluang dan kelalaian. Selain itu, meningkatnya karir laki-laki, diikuti kelebihan penghasilan, menjadi faktor utama para suami lengah dan membuka peluang untuk berselingkuh.

Biasanya, perselingkuhan banyak dilakukan para eksekutif laki-laki berusia 40 tahunan. Istilahnya, saat masa puber kedua. Mengapa bisa terjadi? “Karena kondisi sosial dan ekonomi si lelaki memungkinkannya berbuat iseng untuk menggoda wanita lain. Atau, karena kemapanannya itu ia dapat menjadi target godaan wanita lain,” Dadang menyimpulkan.

Dasarnya, perselingkuhan terjadi karena adanya dorongan kuat untuk melakukan penyimpangan. Kadang berupa keinginan bertemu seseorang yang dulu pernah dicintai dan sekarang sudah berkeluarga. Terkadang pula karena melihat “nilai plus” orang lain dibanding milik sendiri.

Andai dirunut, setidaknya ada empat penyebab utama terjadinya selingkuh. Pertama, kurang harmonisnya hubungan suami istri. Kondisi ini disebabkan kurang intensnya jalinan komunikasi pasangan suami istri. Bisa pula, masing-masing kurang mendapat porsi sewajarnya untuk mengekspresikan emosi. Faktor ekonomi bisa menjadi sebuah sebab, namun jika komunikasi pasangan bagus, keluarga pun akan tetap harmonis.

Kedua, adanya ketidakpuasan suami atau istri yang tak terungkap. Harapan, tuntutan, keinginan yang tidak terkomunikasikan, bisa membuat seseorang mencari pemenuhan dari orang lain. Patut dicatat, selingkuh itu tidak selalu dengan orang yang fisik dan hartanya lebih baik dari pasangan sahnya. Karena banyak kasus seorang majikan selingkuh dengan sopir atau pembantunya. Alasannya sederhana, mereka merasa lebih dihargai oleh pasangan selingkuhnya.

Ketiga, kurangnya perhatian dari pasangan. Dan apa yang diharapkan pasangannya tidak direspon dengan baik. Keempat, dilanggarnya etika pergaulan dengan lawan jenis. Sebab, sepanjang pandangan dan perkataan tidak dijaga, pergaulan tidak berhijab, maka sepanjang itulah peluang perselingkuhan terbuka.

Virus Masyarakat

Perceraian akibat perselingkuhan, saat ini bukan lagi monopoli para artis, yang kisahnya sering ditayangkan di banyak acara infotainment. Selingkuh kini telah kian meluas dan mengancam keluarga, yang merupakan unit terkecil bangsa ini dan benteng kaum muslim.

Dr. Boyke Dian Nugraha, pernah melakukan penelitian terhadap 200 pasien klinik tempatnya praktik. Hasilnya menggemparkan. Terbukti, empat dari lima pria eksekutif cenderung berselingkuh. Perbandingan selingkuh yang dilakukan pria dan wanita 5:2. Bayangkan, itu baru sekedar data kecil yang Boyke dapat dari pasiennya yang mau mengaku saja.

Direktorat Jendral Pembinaan Peradilan Agama menguak pergerakan data stastistik yang sungguh menakjubkan: perselingkuhan ternyata telah menjadi virus urutan keempat penyebab kehancuran rumah keluarga Indonesia.

Tahun 2005, misalnya, ada 13.779 kasus perceraian yang bisa dikategorikan akibat perselingkuhan. 9.071 kasus karena gangguan orang ketiga, dan 4.708 akibat cemburu. Persentase cerai akibat perselingkuhan mencapai 9,16% dari 150.395 kasus perceraian tahun 2005, atau pastinya 13.779 kasus.

Alhasil, dari sepuluh keluarga yang bercerai, dapat disimpulkan, satu di antaranya terjadi karena alasan adanya perselingkuh. Dan rata-rata, setiap dua jam, terdapat tiga pasang suami istri bercerai gara-gara selingkuh.

Perceraian karena selingkuh, jauh melampaui data perceraian akibat poligami tak sehat yang hanya 879 kasus, atau 0.58% dari total perceraian tahun 2005. Perceraian gara-gara selingkuh juga sepuluh kali lipat dibanding perceraian karena penganiayaan, yang hanya 916 kasus, atau 0,6%.

Diprediksi, grafik perselingkuhan kian hari kian naik. “Karena banyak tokoh yang melakukannya,” kata Direktur Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan untuk Keadilan (LBH APIK), Ratna Batara Munti. Tak heran jika Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Deartemen Agama (Depag) berkomentar, “Selingkuh adalah fenomena tak sehat bagi bangsa ini. Selingkuh itu zina!”

Boks

Dosa Besar

Selingkuh, sejatinya merupakan tahap awal pengembangan dusta dalam rumahtangga, yang dapat menjadi penyebab lahir rasa saling tak percaya, saling curiga, dan pengkhianatan akan janji setia. Akibatnya, tak ada lagi kehangatan dan canda tawa dalam keluarga.

Karena akibat yang ditimbulkannya sangat berbahaya, maka Islam memandang perselingkuhan sebagai zina. Dan Allah SWT sangat membenci zina. Jangankan melakukannya, mendekatinya saja tidak boleh (Qs. al-Isrâ` [17]: 32). Bagi pelakunya, sangsi berat sudah menunggu (Qs. an-Nûr [24]: 2).

Leave a comment