Pengutil di Dunia Meningkat

Langkanya lapangan kerja dan terus meningkatnya pengeluaran, tak jarang mendorong orang melakukan kejahatan, termasuk mencuri. Menurut survei tahunan yang dirilis Center for Retail Research yang berbasis di Inggris (Selasa, 10/11), insiden pengutilan di toko-toko naik hampir enam persen selama tahun lalu, dengan kerugian bisnis senilai hampir 115 miliar dollar AS.

Dalam laporan tahunan berjudul Global Retail Theft Barometer, lembaga riset itu memaparkan, selain makin banyak orang menjadi pengutil, ada sebuah temuan yang juga mengejutkan. Para pengutil baru, ternyata berasal dari kalangan dengan reputasi kehidupan yang baik dan kelas ekonomi menengah. Biasanya, mereka suka menggondol keju Perancis, daging berkualitas terbaik, kosmetik, telepon seluler, busana, dan barang-barang lain yang diperlukan untuk menjaga kualitas hidup yang tidak lagi bisa mereka penuhi akibat krisis ekonomi global.

”Banyak pendatang baru yang mengutil, merasa tidak memiliki risiko besar untuk tertangkap, tidak akan membayar banyak jika tertangkap, dan bisa membenarkan tindakan mereka karena situasi berat yang menimpa kita semua,” ujar Joshua Bamfield, direktur lembaga riset itu seperti dikutip Time Online.

Peneliti menemukan, pengutil naik 5,6 persen sepanjang tahun lalu di lebih dari 1.000 jaringan ritel yang disurvei secara global. Tahun sebelumnya, jumlah pengutil hanya naik sekitar 1,5 persen.

Peningkatan pengutil paling banyak terjadi di Amerika Utara (8,1 persen), Timur Tengah (7,5 persen), dan Eropa (4,7 persen). Dalam hal kerugian total, peritel di Amerika Utara menderita kerugian terbanyak sebesar 46 miliar dollar AS, disusul Eropa (44 miliar dollar AS), dan Asia Pasifik (17,9 miliar dollar AS).

Di Amerika Utara dan Amerika Latin, pemilik toko dan pekerja toko adalah kalangan yang paling banyak menjadi pengutil. Di Eropa, Asia, dan Timur Tengah, pelanggan adalah pengutil terbanyak.

Kendati sebagian besar tujuan pengutil itu adalah untuk dijual lagi, ada peningkatan signifikan dalam jumlah kalangan kelas menengah yang menjadi pengutil. Lebih buruk lagi, banyak pengutil menganggap tindakan mereka bisa dibenarkan dalam kondisi perekonomian seperti saat ini. (oppie)

Leave a comment