Refleksi: Bencana

Oleh: I. S. Aqiel H.*

Masih terekam kuat dalam memori kita, saat gelombang Tsunami menerpa Banda Aceh. Masih terngiang suara tangisan pilu mereka yang kehilangan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana, bau tidak sedap tercium hampir di setiap ruas jalan, air mata tak henti-hentinya mengalir meratapi.

Belum semua itu selesai, muncul lagi bencana alam yang sama mengerikan, lalu muncul lagi dan muncul lagi. Tak henti-hentinya gempa mengguncang tanah Indonesia, dari Jawa Barat, Sumatra dan Jambi hingga Jakarta.

Barangkali, pernah terlintas dalam benak kita bahwa Tuhan kurang berlaku adil terhadap umat manusia. Tuhan tak lagi pengasih karena telah merenggut nyawa mereka yang tak berdosa. Apalagi kita tahu bahwa Indonesia merupakan Negara dengan mayoritas muslim. Di manakah letak keadilan dan kasih sayang Tuhan?

Tidak terlalu penting menjawab pertanyaan di atas, karena Tuhan pastinya akan berbuat sesuai dengan kehendak-Nya tanpa dibatasi dan dihalangin siapapun. Maklum, memang Dia pemilik segalanya. Banyak rahasia-rahasia ilahi yang belum ditampakkan kepada kita. Seiring itu, sebenarnya banyak pula hikmah yang belum kita ketahui di balik bencana yang selama ini menimpa.

Jadi, andaikan kita tetap mau menyalahkan Tuhan karena dinilai kurang adil dan tidak mengasihi hambanya, atau paling tidak berfikir mengkritik-Nya, kenapa tidak kita saja yang jadi tuhan kemudian mengatur kehidupan ini sesuka, semau, dan sesuai selera kita?.

Sebagai makhluk yang penuh kelemahan dan kekurangan, sabar, pasrah dan tekat mengambil i’tibar-lah yang seharunya menjadi alternatif terbaik. Toh, kita sendiri tidak tahu secara pasti apakah semua bencana yang terjadi, merupakan cobaan atau malah azab dari Allah. Hal ini, mengingat keduanya sama-sama mungkin dan sama sekali tidak mustahil.

Tapi pertanyaannya, kenapa harus Indonesia yang notabene penduduknya mayoritas muslim?. Kaitannya dengan masalah seperti ini, Allah SWT berfirman “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “ kami telah berIman” mereka tidak diuji? Sungguh kami telah menguji orang-orang sebelum mereka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang berdusta (QS: Al-Angkabut: 2-3).

Pertanyaan berikutnya jika bencana ini merupakan azab, lantas kenapa azab juga harus menimpa mereka yang tidak “berdosa”? Dalam hal ini Ulama’ mengatakan: “idza nazalal ‘adzab ‘amma atthaleh wa asshaleh” yang artinya: “Apabila azab itu turun, maka ia akan merata atas yang durhaka maupun yang sholeh”.

Jadi mungkinlah, sebagai seorang hamba kita memilih sabar, pasrah dan mengambil i’tibar dari semua bencana yang menimpa.

I. S. Aqiel H, Santri PP. Al-Amien Prenduan, asal Sampang.

Leave a comment