Semua Orang Berpotensi Cerdas, Asal Mau

Zulfan Syahansyah

“Kecerdasan itu tidak statis dan tidak ditentukan sejak lahir. Seperti otot, kecerdasan dapat berkembang sepanjang hayat, asalkan terus dibina dan ditingkatkan.” (Laurel Schmidt)

Kita yang saat ini telah berusia 30 tahun-an, bisa merasakan gerakan tubuh yang sudah tak selincah saat berumur 20-an dulu. Ketika menginjak usia 50-an, orang-orang mendapati fisik mereka tak sesegar saat berumur 40-an. Yang sudah berusia 70-an, tak sesehat waktu masih 60-an.

Demikian Sunnatullâh jasmani manusia. Semakin bertambah usia, akan semakin berkurang kekuatan tubuh manusia. Lantas, apakah hukum penuaan jasmani ini juga berlaku untuk intelegensi manusia?

Sering kita dapati orang tua yang pikun, atau pengetahuannya mengusang, atau out of date (ketinggalan zaman). Atas dasar ini, mungkin kita berkesimpulan bahwa penuaan akan berpengaruh pada otak manusia, sebagai sumber kecerdasan manusia. Kita juga mungkin mengira, seorang pemuda yang gagal menempuh studi, akan terus menjadi bodoh sampai akhir hayatnya. Benarkah anggapan ini?

Belum tentu! Karena Albert Einstein dan Thomas A. Edison, sebagai contoh, adalah dua sosok yang sangat tidak berprestasi ketika duduk di bangku sekolah. Einstein baru bisa membaca setelah berumur tujuh tahun. Edison, dikeluarkan dari sekolah oleh gurunya, karena dianggap terlalu bodoh. Semua ilmu yang ia pelajari di kelas tak satupun ia mengerti.

Kenyataannya kemudian, kedua orang itu mampu memberi sumbangsih sangat cemerlang kepada dunia ilmu pengetahuan. Dan diakui sampai detik ini. Pertanda, kecerdasan tidaklah statis!

Ada contoh lain, yaitu Conrad Ferdinand Meyer. Saat kanak-kanak dan remaja, Meyer sering murung diri dan gelisah. Ketika dewasa, ia gonta-ganti pekerjaan tanpa arah yang jelas. Saat berusia 27 tahun, ia dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena menderita hipokondria dan delusi merasa semua orang menganggapnya menjijikkan.

Setelah berusia 40 tahun, puisi-puisi pertamanya muncul. Sampai akhir hayatnya, selama 27 tahun berikutnya, ia terus menulis. Kini, Meyer masih dikenang sebagai penyair Swiss yang tergolong paling mengagumkan.

Terlihat, meski seseorang pernah gagal dalam menempuh studi di sekolah, meski ia sudah tua renta, ia pasti masih mampu memaksimalkan daya intelejensinya. Jika terus belajar, ia akan cerdas, dan semakin cerdas. Bagaimana ini terjadi?

Terus Belajar

Menurut penelitian, setiap orang sama-sama memiliki sekitar 100 milyar sel otak. Hanya saja, bukan kuantitas sel otak yang menentukan kecerdasan manusia, tapi seberapa banyak koneksi antarsel-sel otaklah yang menentukan intelejensi seseorang.

Setiap sel otak mempunyai banyak “kabel” (cabang) tipis, yang sejatinya belum saling bersambung dengan ”kabel-kabel” sel lainnya. Setiap kali otak bekerja, terciptalah koneksi antarkabel yang melibatkan banyak sel otak. Semakin banyak otak digunakan, semakin banyak koneksi tercipta di antara sel-sel otak. Semakin banyak koneksi, akan semakin cerdas.

Dengan jumlah sel otak 100 milyar itu, umur manusia terlalu sedikit untuk bisa memaksimalkan potensi kecerdasan. Kalaupun otak manusia selalu bekerja keras sepanjang hayat, potensi kecerdasan yang digunakan, tak akan lebih dari satu persen dari keseluruhan potensi yang ada.

Jadi, kemampuan otak pada dasarnya tak terbatas. Selama kita mau belajar, selama itu pula koneksi antarsel otak terbentuk. Hasilnya, kita bisa lebih cerdas dan semakin cerdas. Pantas, jauh sebelum para ilmuan Barat menyimpulkan tentang kecerdasan manusia, Rasulullah SAW telah memerintahkan umatnya agar terus belajar sepanjang hayat, ”Uthlubul-’ilma minal mahdi ilal-lahdi.” Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga ajal menjelang.

Selanjutnya, maukah kita mengembangkan potensi otak kita? Apakah kita sudah merasa cukup dengan pengetahuan yang sudah kita miliki? Siapapun kita, guru sekalipun, tetap dituntut untuk terus meningkatkan potensi kecerdasan.

Sebab, pengetahuan yang kita miliki saat ini, bisa saja menjadi usang di kemudian hari. Maka, setiap orang mesti memperbaharui pengetahuannya dengan belajar. Dan hanya dengan terus belajar, kita akan menjadi semakin pintar.

Howard Gardner, pakar pendidikan dari Harvard University, dalam buku Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, menyadarkan kita tentang konsep baru kecerdasan. Konsep ini bernama Multiple Intelligences (MI) atau Kecerdasan Majemuk.

Dalam Kecerdasan Majemuk, angka IQ bukanlah ukuran yang tepat untuk mengukur kecerdasan otak seseorang. Karena kecerdasan ibarat sekumpulan program kemampuan yang ada di beragam bagian otak, yang semua programnya saling berhubungan.

Kecerdasan tidaklah statis, atau bukan bawaan lahir. Dan ia seperti otot, dapat berkembang sepanjang hidup, asal terus dilatih. Artinya, dalam lingkungan yang kondusif, orang bisa menjadi semakin cerdas.

Boks 1

9 Potensi Kecerdasan Setiap Orang

1. Word Smart, atau Cerdas Bahasa. Yang menunjukkan kepandaian seseorang dalam menulis dan membaca. Orang yang unggul dalam word smart, sangat menikmati kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan kata. Seperti teka-teki silang, bercerita, scrabble, dan menulis.

2. Picture Smart, atau Cerdas Gambar. Yang ditunjukkan dengan kesenangan menggambar, atau berselera bagus dalam fesyen. Pemilik kecerdasan ini, akan lebih baik jika belajar dengan cara membuat gambar atau lewat materi visual. Biasanya, ia juga sangat pintar bermain puzzle, membaca peta, atau menggambarkan rute jalan.

3. Body Smart, atau Cerdas Tubuh. Yaitu kepandaian dalam bidang olah raga fisik. Body smart juga ditunjukkan dalam kemampuan membuat kerajinan tangan (crafting), akting, dan menari.

4. Music Smart, atau Cerdas Musik. Merupakan kecerdasan dalam bidang musik, baik untuk memainkan alat musik, bernyanyi atau mengarang lagu.

5. Logic Smart, atau Cerdas Logika. Kemampuan berhitung dan logika seorang logic smart, sangat bisa diandalkan. Ia tak akan pernah kehabisan ide menghadapi berbagai persoalan.

6. Self Smart, atau Cerdas Diri. Orang yang Self Smart menunjukkan kemampuan dalam memahami diri, pribadi, impian, dan cita-citanya. Mereka biasanya sering dimintai nasihat atau menjadi tempat curhat teman-temannya.

7. People Smart, atau Cerdas Gaul. Orang yang memiliki kecerdasan ini ciri-cirinya memiliki banyak teman, sering tersenyum dan menyapa orang, tak pernah merasa kesulitan untuk bergaul dengan orang atau kelompok baru, aktif di organisasi atau eskul. Ia bisa menjadi orang populer di sekolah, dan dicintai banyak orang. Kecerdasan ini merupakan harta yang tak ternilai.

8. Nature Smart, atau Cerdas Alam. Pemiliknya biasanya sangat senang belajar tentang alam, juga sangat teliti dalam mengenali tanaman, binatang, atau batu-batuan. Orang yang Nature Smart sangat mencintai binatang dan rajin merawat lingkungan.

9. Kecerdasan eksistensial. Orang yang memiliki kecerdasan ini sangat berminat pada masalah-masalah pokok kehidupan.

Leave a comment