Keabadian itu tiba-tiba menjadi samar
Pada tirai tipuan waktu
Mengapa antara kidung kesunyian
Begitu memekakkan
Mesti cukup sebatas biduan
Wajah yang melentera senja itu menangis
Bertahta sunyi perdu sang lembayung
Hanya merona
Bisikkan siluetnya yang menganga
Keabadian yang tak pernah abadi
Pada lumbung hari
Mencerna kecipak air dari hulu
Menendang sunyi
Ternyata dari kejauhan kicau itu bernada api
Muhshonah Mujahidah, santriwati kelas I MA MTA Putri Al-Amien Prenduan asal Yogyakarta
Leave a comment